Guru bukan hanya mengajar tetapi sekaligus juga harus mendidik. |
Akhlak yang baik, trampil dalam sikap, sopan dalam tindak, itu semua sanggup diperoleh dari pendidikan. Baik pendidikan pada keluarga (in formal), dalam kehidupan bermasyrakat (non formal) maupun pada jenjang pendidikan formal.
Memang pendidikan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dalam hal ini guru ialah termasuk pemerintah yang bertanggung jawab atas pendidikan formal. Maka dari itu guru dituntut bukan hanya cerdas dalam mentransfer ilmu, tetapi harus cerdas pula dalam mendidik anak.
Para guru yang budiman, prilaku anak bangsa tidak akan terdidik dengan baik jikalau kita sebagai guru hanya mengajar saja. Masalah mengajar hanyalah mentransfer ilmu. Apa artinya tuntas dalam mentransfer ilmu jikalau sifat dan tingkah laris anak didik kita brutal? Apa arti gugusan angka 80 atau 90 jikalau usai jam sekolah terjadi tawuran? Perilaku dan sifat kurang hormat dengan orang lain. Apa artinya pendidikan hingga S1, S2, bahkan S3 jikalau toh menjadi kuroptor ?
Oleh alasannya ialah itu kiprah guru bukan hanya mengajar tetapi sekaligus juga harus mendidik. Sebelum mendidik tentunya seorang guru harus sudah terdidik, bagaimana mungkin berhasil mendidik orang lain jikalau dirinya saja tidak terdidik.
Guru biasanya ditiru dan digugu, maka dari itu berhati-hatilah dalam bersikap dan bertindak. Di mana-mana ada beberapa mata memperhatikan guru, sekali guru salah langkah akan banyak yang terjerumus mengikuti langkah guru.
Sebelum menjadi guru benar-benar harus dipikirkan, apa sudah pantas bangkit di depan kelas yang sifat, tingkahnya ditiru dan digugu oleh anak didik. Jangan menjadi guru jikalau hanya ingin uangnya saja, pertolongan profesi yang satu bulan honor pokok, honor besar, banyak libur. Jangan menjadi guru jikalau belum siap mendidik, alasannya ialah yang dibutuhkan bukan hanya pandai mengajar.
Bagi ibu guru jikalau berangkat ke sekolah usahakan berpenampilan yang sesopan dan sepantas mungkin. Karena tanpa di sadari kita telah memberi pendidikan dan meninggalkan hal yang membekas pada diri anak. Pakaian kita diperhatikan, tingkah laris kita ditiru mereka.
Bagi bapak guru juga demikian, jikalau ada Bapak Guru yang genit atau semacamnya yang sering diberitakan di media, maka bukan mustahil itulah awal mula hancurnya susila calon pekerja dan calon pemimpin bangsa ini alasannya ialah terang sifat dan tingkah kita sudah mengarahkan anak menjadi orang yang bebas tanpa aturan.
Wahai para guru sudahkah kita benar-benar siap menjadi seorang pendidik yang profesional? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Sudah pantaskah kita menjadi orang yang sifat, sikap dan tingkahnya ditiru dan digugu anak didik kita.
Bagi para mahasiswa keguruan atau bagi mereka yang ingin terjun ke dunia pendidikan, sudah siapkah kalian membekali diri untuk menjadi pendidik? Karena mendidik itu lebih berat daripada mengajar. Jangan belajar/sekolah calon guru jikalau tujuannya hanya untuk mengincar pertolongan profesi, melihat bidang ini masih terbuka lowongan kerja tetapi harus benar-benar dari dalam diri untuk mendidik dan mengajar para calon penerus bangsa ini.
Makara mengajar apa mendidik? Ternyata keduanya tidak sanggup dipisahkan, mengajar dan mendidik harus benar-benar menempel pada diri seorang guru. Seorang guru di samping bakir mentransfer ilmu juga harus bakir memberi pendidikan yang sanggup menciptakan anak bangsa berperilaku, bersikap dan bertingkah laris sesuai dengan agama, norma yang berlaku dan yang niscaya harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sudah siapkah anda terjun ke dunia pendidikan?
*) Ditulis dan dikirim oleh Hj.Rosmaliyana, S.Pd
Guru SDN Benua Anyar 2 Banjarmasin
Advertisement