'/> Kelulusan Un Tinggi Hasil Ukg Berbanding Terbalik -->

Info Populer 2022

Kelulusan Un Tinggi Hasil Ukg Berbanding Terbalik

Kelulusan Un Tinggi Hasil Ukg Berbanding Terbalik
Kelulusan Un Tinggi Hasil Ukg Berbanding Terbalik
Hasil Ujian Nasional (UN) yang dikerjakan siswa secara tertulis dengan pengawasan yang ketat menghasilkan tingkat kelulusan yang tinggi. Pada tahun 2012 kelulusan UN mencapai 99 persen di seluruh Indonesia, ini berbading terbalik dengan Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang berlangsung pada Agustus sampai November secara online. Hasil UKG tersebut menerangkan tingkat kelulusan yang masih rendah, nilai rata-rata yang didapatkan guru 42. Pada UKG yang berisi tes kompetensi pedagogik dan profesional, guru dinyatakan lulus jikalau nilainya mencapai 70.

Dengan hasil UN yang berbanding terbalik dengan UKG menjadikan banyak tanda tanya. Berdasarkan data hasil UN dan UKG yang seharusnya berbanding lurus, secara kecerdikan kelulusan UN yang tinggi dihasilkan dari tenaga guru yang juga berkompeten. Tetapi ternyata, hasil UN dan UKG tidak sinkron. UN yang selama ini diselenggarakan penuh dinilai penuh kecurangan. UN yang masih diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini oleh Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), justru membentuk abjad manipulatif dari para siswa.

"Bagaimana mungkin para guru mutu rendah ini sanggup menghasilkan siswa yang kelulusan UN mencapai 99 persen di seluruh Indonesia? Jelas ada kecurangan," kata Retno Listyarti, Sekjen FSGI dilansir dari Kompas (27/12/2012).

Kebijakan gres yang diambil Kemendikbud dalam UN 2013 dengan menciptakan 20 variasi soal UN dalam satu kelas ini justru menunjukkan bahwasanya pihaknya mengakui adanya kecurangan dalam UN. Kemendikbud yang selalu menyampaikan tidak ada kecurangan dalam pelaksanaan UN jadi terbantahkan. Dengan soal dibentuk bervariasi dengan alasan supaya siswa fokus berarti Kemendikbud tahu jikalau ada kecurangan dalam UN.

Kecurangan UN ini sudah dan terjadi secara sistemik serta masif. Dengan adanya aneka macam macam kecurangan ini, bagaimana sanggup UN dijadikan pemetaan kualitas pendidikan. Semestinya, pemerintah mau melihat fenomena yang terjadi ini. Dan tidak menjadikan guru sebagai umpan yang dipersalahkan jikalau ada kecurangan dalam UN.

Sekjen FSGI juga menilai UN masih terus dilaksanakan alasannya berorientasi pada proyek. Banyak kebijakan pendidikan yang dibentuk pemerintah sia-sia dan menghambur-hamburkan uang negara. "Variasi soal ini juga bentuk dari proyek alasannya berarti penggandaan soalnya kan akan lebih banyak," kata Retno.

Begitupun dengan UKG yang tidak sanggup dijadikan patokan untuk memetakan kompetensi guru, alasannya bentuk tes yang tidak sesuai untuk mengukur keseluruhan kompetensi guru. Hasil yang tidak sinkron antara hasil UN dengan hasil UKG memang menjadikan banyak kecurigaan. Bagaimana Bapak Ibu mengomentari fenomena itu? Tulis saja di kolom komentar!
Advertisement

Iklan Sidebar